1. Rabo-Rabo di Jakarta
Di Jakarta ada Kampung Tugu. Dikenal sebagai tempat komunitas warga keturunan Portugis bermukim. Di Kampung Tugu ada tradisi unik dalam merayakan Natal, yakni setelah kebaktian warga berziarah ke kuburan yang terletak di samping gereja. Kemudian mereka menjalankan tradisi ‘Rabo-Rabo’, yaitu bermain musik keroncong dan menari bersama sambil keliling kampung untuk mengunjungi sanak keluarga. Setiap penghuni rumah yang habis dikunjungi wajib mengikuti rombongan pemain keroncong sampai ke rumah terakhir. Puncak perayaan terdapat dalam tradisi ‘mandi-mandi’. Warga berkumpul di rumah sanak familinya, lalu mereka dengan serunya saling mencoret-coret muka satu sama lain dengan bedak putih sebagai simbol membersihkan kesalahan yang lalu menjelang tahun baru.
2. Wayang kulit di Yogyakarta
Di Yogyakarta, perayaan Natal penuh dengan nuansa budaya. Biasanya pendeta memimpin ibadah dengan memakai baju beskap dan blangkon, memakai bahasa Jawa halus, lengkap dengan pertunjukan wayang kulit bertema “Kelahiran Kristus”. Di sana juga ada tradisi saling mengunjungi pada tanggal 25 Desember, seperti Lebaran. Tidak jarang anak-anak juga mendapat angpau pada saat silaturahmi.
3. Marbinda di Sumatera Utara
Masyarakat Batak di Sumatera Utara mengenal tradisi bernama ‘Marbinda’. Yaitu, tradisi menyembelih seekor hewan bersama-sama di hari raya. Hewan yang disembelih merupakan hasil kesepakatan menabung bersama antara beberapa orang dari beberapa bulan sebelumnya. Jika jumlah peserta patungan banyak, hewan yang disembelih bisa kerbau. Akan tetapi, jika sedikit biasanya hanya babi. Pada hari-H, mereka melakukan 'marhobas' (pemotongan dan pembagian bersama) hewan tersebut.
4. Kunci Taon di Manado
Perayaan Natal di Manado diadakan sejak 1 Desember dengan ibadah pra-Natal yang dilaksanakan tiap hari sampai Natal tiba. Sayuran paling dicari menjelang Natal di sini adalah buncis. Banyak juga keluarga yang memiliki tradisi menjenguk kuburan kerabatnya dan makan bersama di sana, biasanya menjelang tahun baru. Pada momen itu, kuburan sekalian dibersihkan dan terkadang ditambahi lampu hiasan. Rangkaian kemeriahan Natal ini berakhir pada Minggu pertama Januari dengan tradisi kunci taon, di mana warga pawai keliling kampung dengan kostum-kostum lucu.
5. Meriam Bambu di Ambon, Flores dan Papua
Di Flores, Natal identik dengan meriam bambu yang diledakkan nyaris di tiap sudut kota pada malam Natal. Anak muda biasa begadang semalaman pada 24 Desember sambil sesekali main kembang api. Di Ambon, Natal diwarnai bunyi sirine kapal dan lonceng gereja yang dibunyikan serentak pada tengah malam 24 Desember. Momen ini juga identik dengan pertemuan keluarga besar. Tradisi unik lainnya ada di Papua. Warga Papua memiliki tradisi pesta barapen atau bakar batu, yakni sebuah ritual kuliner lokal untuk mengolah babi sebagai ungkapan kebahagiaan Natal. Selain itu, di banyak tempat dipasang dekorasi bertema kelahiran Yesus, lengkap dengan lagu-lagu Natal yang diputar 24 jam.
6. Gereja Penjor di Bali
Pemeluk Kristen di Bali biasa merayakan Natal dengan pakaian khas daerah mereka, seperti kebaya, selendang, dan kain kamen. Warna yang biasa digunakan adalah hitam putih. Pada saat perayaan Natal, kompleks gereja dihias dengan batang bambu yang dihiasi janur, sebuah ornamen khas Bali yang disebut Penjor.
7. Lovely December di Toraja
Setiap menjelang perayaan Natal, Pemda Toraja mengadakan sebuah festival budaya dan pariwisata bertajuk Lovely December. Festival ini dimulai sejak memasuki bulan Desember dan mencapai puncak pada 26 Desember dengan arak-arakan yang disebut lettoan.
Momen Lovely December ini kerap dimanfaatkan para perantau untuk pulang dan menikmati karnaval, pentas seni, acara adat, pameran kerajinan tangan dan kuliner bahkan kontes kerbau.