Hashim Djojohadikusumo
Adik Prabowo Subianto, Hashim Djojohadikusumo, menganggap debat kedua calon presiden, Minggu (15/6/2014) malam, dimenangkan oleh kakaknya. Menurut Hashim, kakak kandungnya telah menyampaikan program-program pembangunan ekonomi dan kesejahteraan sosial secara jelas.
“Skor 6-0 untuk Prabowo yang sudah memberikan program-program yang jelas,” ujar Hashim di Gran Melia, Jakarta Selatan, Minggu malam.
Pengusaha tersebut mengatakan, banyak masyarakat Indonesia yang menggantungkan harapannya terhadap ketegasan Prabowo Subianto.
Mengenai performa Joko Widodo yang menjadi rival Prabowo, Hashim menilainya kurang spesial. Apa yang dikatakan Jokowi, misalnya soal Kartu Indonesia Sehat, pada dasarnya telah ada di program pemerintah saat ini, yakni Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). “Yang satu mutu presiden, yang satu mutu wali kota,” kata Hashim.
Mahfud MD
Ketua tim pemenangan nasional pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa, Mahfud MD menilai penampilan Prabowo dalam debat capres yang diselenggarakan Komisi Pemilihan Umum (KPU), Minggu (15/6/2014) malam, lebih unggul daripada penampilan pesaingnya, Joko Widodo. Menurut Mahfud, Prabowo hanya kalah pada satu hal.
jawaban yang dilontarkan Jokowi selama debat masih belum berkembang, meski pada tiga sesi awal moderator selalu mempertanyakan hal berbeda. Mahfud mencontohkan jawaban Jokowi ketika menunjukkan Kartu Jakarta Sehat secara berulang-ulang.
“Ya semua, kalau saya semua orang yang rasional itu pasti menyatakan minimal (skor) 5-1. Lima untuk Prabowo,” kata Mahfud saat ditemui seusai debat, Minggu.
Mahfud menambahkan, meski tema debat kali ini mengenai soal ekonomi dan kesejahteraan sosial, tetapi Jokowi hanya menjawab pertanyaan dari moderator soal ekonomi. Adapun Prabowo, kata Mahfud, mampu menjabarkan persoalan kesejahteraan sosial yang dihadapi masyarakat dengan menjelaskan solusi ekonominya.
“Itu jelas kalau itu. Satu, dua, tiga itu mutlak, empat Pak Prabowo agak ini, lima menang lagi,” ujarnya.
Meski begitu, Mahfud mengaku ada satu kekalahan yang diterima Prabowo. Kekalahan itu terjadi ketika Jokowi menanyakan kepada Prabowo tentang Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID). “Mungkin yang satu untuk Jokowi ketika dia tanya yang TPID, yang lain tidaklah,” kata Mahfud.
Sebelum menjawab pertanyaan itu, Prabowo balik menanyakan tentang kepanjangan TPID. Setelah itu, Prabowo menyatakan bahwa hal itu menjadi kewenangan kepala daerah.
Tony Prasetyantono
Pakar ekonomi dari Universitas Gadjah Mada Tony Prasetyantono, menilai debat capres yang bertemakan Pembangunan Ekonomi dan Kesejahteraan Rakyat memberikan pandangan baru.
“Jokowi di luar dugaan saya. Menjawab pertanyaan dengan baik dan relevan,” kata Tony kepada Kompas.com, Minggu (16/5/2014). Misalnya, lanjut Tony, Joko Widodo (Jokowi) menyatakan ingin mengejar pertumbuhan ekonomi di atas 7 persen.
Menurut Tony, cita-cita Jokowi ini relevan dan kontekstual. Siapapun Presidennya, imbuhnya, memang harus mengejar pertumbuhan ekonomi 7 persen.
“Jokowi karena punya pengalaman praktis sebagai kepala daerah tampak lebih membumi atau lebih implementatif. Dia selalu mengingatkan bahwa Presiden memiliki kekuatan regulasi yang harus dimanfaatkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi,” jelas Tony.
Namun, lain halnya dengan Prabowo Subianto. Penampilan calon presiden No.1 itu agak kurang, utamanya soal pernyataan Prabowo yang mengutip Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi, Abraham Samad, perihal kebocoran anggaran negara.
“Saya menyayangkan Prabowo yang mempercayai Abraham Samad bahwa ada kebocoran Rp 7.200 triliun dalam perekonomian kita. Angka ini menggelikan karena terlalu besar. PDB kita setahun Rp 9.400 triliun. Bagaimana mungkin kebocoran Rp 7.200 triliun?” kata Tony menyesalkan.
Jusuf Kalla
Calon wakil presiden pendamping Joko Widodo, Jusuf Kalla, turut hadir di lokasi debat kedua kandidat capres, Minggu (15/6/2014) malam, di Gran Melia, Jakarta Selatan. Bagaimana tanggapan Kalla melihat performa Jokowi dibandingkan rivalnya, Prabowo Subianto?
“Terlihat ada yang beda, antara yang baru masuk dengan yang sudah pengalaman di pemerintahan,” kata Kalla, saat diwawancara Metro TV, seusai debat, Minggu malam.
Dalam beberapa kesempatan, Jokowi memang menekankan pengalaman yang sudah dilakukannya di pemerintahan saat menjabat sebagai Wali Kota Solo dan Gubernur DKI Jakarta.
Sementara itu, Jokowi, yang diwawancara bersama Kalla mengatakan, ia ingin menjelaskan lebih jauh tentang “Revolusi Mental” yang diusungnya. Akan tetapi, waktu yang tersedia sangat terbatas.
“Sehingga enggak bisa diceritakan secara utuh. Revolusi Mental itu penting bagi masyarakat. Bisa membalikkan manusia Indonesia lebih produktif dan berdaya saing tinggi,” ujarnya.
Setelah debat kedua ini, masih tersisa tiga debat, yang akan kembali mempertemukan Jokowi dan Prabowo, Jusuf Kalla dan Hatta Rajasa, serta debat terakhir antarpasangan.
Debat ketiga akan digelar pada 22 Juni 2014 dengan topik “Politik Internal dan Ketahanan Nasional”. Berikutnya, debat cawapres pada 29 Juni 2014 dengan tema “Pembangunan Sumber Daya Manusia dan Iptek”; dan debat terakhir antarpasangan pada 5 Juli 2014 dengan topik “Pangan, Energi, dan Lingkungan”.
Menurut Anda? Siapa pemenangnya?