Harian Inggris, The Telegraph, edisi Rabu, 17 September 2014, melansir kutipan Al Sadr yang diwawancarai secara khusus oleh harian Berbahasa Italia, La Nazione. Selain memperluas kekhalifahan, anggota kelompok militan ISIS juga berencana untuk memasang bendera berwarna hitam milik mereka di atas Basilika St. Peter.
Dia menambahkan, Fransiskus bisa menjadi target rentan. Karena sebelumnya, Paus berusia 77 tahun tersebut mendukung Amerika Serikat dan sekutunya yang ingin menghentikan perkembangan ISIS di Suriah dan Irak.
"Apa yang telah dinyatakan oleh ISIS jelas. Mereka ingin membunuh Paus. Ancaman terhadap Paus kredibel," tegas Al Sadr.
Dia yakin kelompok pimpinan Abu Bakar al-Baghdadi itu bisa membunuh Paus saat tengah melakukan kunjungan ke luar negeri atau bahkan saat berada di Roma. Hal itu, imbuh Al Sadr, didasari fakta bahwa anggota ISIS tidak saja berasal dari Arab, namun juga terdapat warga Kanada, Amerika, Prancis, Inggris dan juga Italia.
"ISIS bisa saja melakukan berbagai serangan teror di Eropa," kata dia.
Fransiskus juga dijadikan sasaran, karena pernah menentang secara keras pelanggaran Hak Asasi Manusia yang dilakukan ISIS terhadap warga Kristiani di Suriah dan Irak. Paus asal Argentina itu juga menyetujui upaya AS untuk menghancurkan ISIS.
"Dalam beberapa kasus seperti ini, di mana terdapat agresi yang tidak adil, maka sah jika kita menghentikan pelaku agresi. Namun, saya menegaskan untuk menghentikan, bukan berarti mengebom atau berperang," ungkap Fransiskus ketika diwawancarai jurnalis di tengah-tengah penerbangannya dari Korea Selatan pada bulan lalu.
Dubes yang telah bertugas selama empat tahun di Roma itu, mengatakan ISIS tidak hanya menjadi ancaman untuk kaum Kristiani dan Katolik, namun di Irak pun, mereka telah menghancurkan beberapa mesjid suci Muslim Syiah.
"Mereka juga menghancurkan tempat beribadah kaum Yazidi dan Kristen. Mereka telah menyatakan bahwa siapa pun yang tidak berada di sisi mereka, berarti melawan ISIS. Maka, pilihannya hanya berpaling atau dibunuh. Dan mereka benar-benar melakukan hal itu. Ini merupakan sebuah genosida," papar Al Sadr.
Tidak Digubris
Namun, ancaman yang dilontarkan Al Sadr, tidak dianggap serius oleh Vatikan. Menurut juru bicara Vatikan, Federico Lombardi, hingga saat ini pihaknya tidak menerima laporan adanya ancaman spesifik yang membahayakan Paus. Fransiskus tetap akan berkunjung ke Albania dan rencana itu tidak akan ditinjau ulang.
"Saat ini tidak ada ancaman atau risiko khusus yang akan mengubah perjalanan yang telah diatur ini," ungkap Lombardi.
Pada Minggu esok, Fransiskus akan berkunjung ke ibukota Tirana. Di sana, dia akan memimpin sebuah misa di lapangan di pusat kota dan berkendara dengan kap bagian atas terbuka. Dengan cara demikian, ungkap Lombardi, Fransiskus ingin menunjukkan tidak ada batasan antara dirinya dengan warga biasa.
Bahkan, tidak akan ada penjagaan tambahan yang akan diberlakukan saat kunjungan ke Albania ini, walaupun adanya peringatan bahwa para jihadis asal Albania yang berperang di Suriah kini telah kembali ke negara asalnya. Sehingga, terbuka kemungkinan besar untuk melakukan sebuah serangan.
Kunjungan ke Albania dilakukan untuk memperingati kelahiran kembali Kekristenan setelah kepercayaan itu sempat hancur di bawah kepemimpinan komunis, Enver Hoxha. Fransiskus juga ingin menunjukkan betapa pemeluk Katolik, Orotodoks, dan kaum Muslim bisa hidup bersama secara harmonis di negara yang dihuni oleh 3 juta penduduk itu.
Selanjutnya, kunjungan Fransiskus ke luar negeri, akan dilakukan pada 29 dan 30 November ke Ankara, Turki. (one)