Meski harga emas sempat reli ke level tertinggi dalam tujuh bulan pada pertengahan minggu lalu namun tidak dapat pertahankan hingga akhir pekan. Harga emas turun 0,68 persen, dan berada di kisaran US$ 1.271,40 per ounce pada Jumat pekan lalu.
Analis menilai, harga emas mencoba level resistance di bawah US$ 1.300 per ounce. Analis mencatat, dolar Amerika Serikat (AS) menguat jelang pertemuan the Federal Reserve menekan euro dan mata uang Inggris pound sterling. Penguatan dolar AS juga menekan emas.
Selain itu, meski suku bunga the Federal Reserve diperkirakan naik terbatas juga belum akan mengangkat harga emas.
"Saya rasa pasar sudah mengharapkan kenaikan suk bunga tidak terlalu tajam. Indeks dolar AS juga sekarang berada di 97 jelang kenaikan suku bunga. Jelang kenaikan suku bunga pada Maret lalu, dolar AS berada di kisaran 102," ujar Colin Cieszynski, Analis Senior CMC Markets, seperti dikutip dari laman Kitco, Senin (12/6/2017).
Walau harga emas akan tertekan dalam jangka pendek, Cieszynski masih yakin harga emas menguat untuk jangka panjang. Ia melihat peluang untuk membeli saat harga emas merosot. Ia menambahkan, pihaknya tidak akan terkejut bila harga emas mencoba level rata-rata harian atau moving average (MA) 200 harian di kisaran US$ 1.252 per ounce.
"Harga emas masih berpotensi naik. Risiko yang membayangi harga emas akan mereda, dan emas berpeluang naik untuk jangka panjang," kata dia.
Hal senada dikatakan Christopher Vecchio, Analis DailyFX.com. Ia melihat harga emas masih tertekan dalam jangka pendek. Ini jadi kesempatan untuk membeli. Vecchio juga melihat risiko the Federal Reserve kemungkinan tidak menaikkan suku bunga. Apalagi serangkaian data ekonomi AS yang biasa saja tidak mendukung kenaikan suku bunga.
Adapun pertemuan bank sentral AS pada pekan ini, hasil survei menyebutkan kalau potensi kenaikan suku bunga mencapai 100 persen. Pelaku pasar juga akan mencari petunjuk apakah akan ada kenaikan suku bunga lagi untuk ketiga kalinya dan keempat. Saat ini survei pasar memperkirakan 50 persen suku bunga akan naik untuk ketiga kalinya pada Desember.
Vecchio menuturkan, kalau harapan rendah itu dapat membuat risiko untuk emas pada 2017. "Jika data ekonomi membaik maka ada ruang untuk harapan bergeser, dan ini bisa membebani emas," ujar dia.
Selain itu, kesaksian mantan direktur FBI James Comey juga gagal membuat penawaran untuk emas. Pemilihan di Inggris juga tidak terlalu mempengaruhi. Partai konservatif yang merupakan partai dari Perdana Menteri Theresa May kehilangan suara mayoritas di parlemen. Ini membuat hung parliament menjelang perundingan Britain Exit (Brexit) pada pekan ini.
Analis London Capital Group Jasper Lawler menuturkan, hasil pemilihan di Inggris merupakan isu cukup kompleks. Pelaku pasar pun akhirnya membeli dolar AS dan menekan pound sterling usai hasil pemilihan.
Level harga emas
Harga emas gagal menguat membuat investor kembali amati level kunci di kisaran US$ 1.280 per once. Analis menuturkan, harga emas harus menembus level tertinggi pada April untuk kembali menembus level di atas US$ 1.300 per ounce. Analis perkirakan, level support harga emas pertama di kisaran US$ 1.260 per ounce. Selain itu, rata-rata pergerakan 200 harian juga menjadi level support penting di kisaran US$ 1.252 per ounce.
Untuk sentimen yang diperhatikan pada pekan ini selain pertemuan the Federal Reserve antara lain data inflasi, indeks harga produsen dan konsumen. Selain itu penjualan ritel dan data manufaktur pada Juni.Ditambah data perumahan AS pada Mei.
Sumber
liputan6.com