Hal itu merupakan peringatan akan risiko keamanan bagi negara-negara di kawasan Asia. Kantor berita Reuters, Jumat, 26 September, menyebut lebih dari 100 orang dari Indonesia, Malaysia, dan Filipina diyakini telah bergabung dengan ISIS di Irak dan Suriah.
Militan Indonesia dan Malaysia, juga dilaporkan telah membahas pembentukan unit pasukan ISIS berbahasa melayu di Suriah. Pemimpin pasukan Amerika Serikat (AS) di Pasifik, Laksamana Samuel Locklear, mengatakan sekitar 1.000 orang direkrut dari India hingga Pasifik, telah bergabung dengan ISIS di Irak atau Suriah. "Jumlah itu bisa lebih banyak," kata Locklear.
Komando Pasifik AS bertanggung jawab untuk 36 negara, termasuk Australia, China dan negara-negara di Asia Tenggara. Ribuan orang disebut telah bersumpah setia dan membentuk cabang ISIS di negara masing-masing.
Blunder
Di Sidang Umum PBB, Kamis, 25 September 2014, Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan munculnya ISIS dan kelompok-kelompok militan radikal lainnya akibat kesalahan negara-negara Barat. Menurutnya, solusi untuk menghentikan militan harus datang dari Timur Tengah.
"Strategi blunder Barat di Timur Tengah, Asia Tengah dan Kaukasus telah mengubah kawasan-kawasan ini menjadi surga bagi teroris dan ekstrimis," kata Rouhani dalam pidatonya di PBB, yang terutama ditujukannya bagi AS dan Israel.
Rouhani menegaskan bahwa solusi yang tepat untuk persoalan militan harus berasal dari kawasan regional dengan dukungan internasional, bukan dari luar kawasan. Walau begitu, Rouhani menambahkan bahwa Iran memiliki kepentingan yang sama dengan AS untuk menghadapi ancaman radikalisme.
"Ekstrimis di dunia telah saling bertemu dan membuat satu suara. Mereka bersatu. Tapi apakah kita bersatu melawan ekstrimis?" ujar Rouhani.
Komentarnya itu terkait dengan perdebatan dikalangan pengamat soal peran besar yang bisa dijalankan Iran. Namun Washington berulangkali menyatakan menolak bekerja sama dengan Iran. (ita)