Bestprofit Futures Bandung – Laju nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Rabu (16/12) sore, ditutup menguat sebesar 10 poin menjadi Rp 14.036 dibandingkan posisi sebelumnya di posisi Rp 14.046 per dolar AS.
Mata uang rupiah bergerak menguat terhadap dolar AS, rumor yang beredar di pasar keuangan bahwa bank sentral AS (The Fed) akan menaikan suku bunga acuan pada Desember ini, situasi itu menjadi salah satu faktor penopang bagi mata.
Kepastian rencana bank sentral AS menaikan suku bunga acuannya mengurangi risiko aset di pasar negara berkembang. Dengan adanya kepastian dari The Fed, maka memudahkan investor melakukan kalkulasi investasinya. Di sisi lain, harga komoditas yang mulai membaik menambah sentimen positif bagi negara-negara penghasil komoditas, salah satunya Indonesia. Meningkatnya harga komoditas, seperti minyak mentah diharapkan diikuti dengan kenaikan permintaan, terutama dari Tiongkok sehingga mendorong kinerja ekspor Indonesia.
Harga minyak mentah cenderung mulai membaik, saat ini harga minyak mentah di sekitar 36 dolar AS, lebih baik dibandingkan beberapa hari sebelumnya. Meski demikian, potensi rupiah berbalik arah ke area negatif juga masih terbuka. Menjelang akhir tahun, biasanya permintaan dolar AS akan tinggi menyusul kewajiban pembayaran utang luar negeri bagi korporasi.
Adanya kewajiban itu akan membuat pasokan dolar AS menjadi berkurang, situasi itu dapat menekan mata uang rupiah. Perhatian seluruh pelaku pasar akan tertuju pada bank sentral AS mengenai rencananya untuk menaikan suku bunganya setelah penantian sepanjang tahun ini. Diperkirakan volatilitas pasar akan meningkat setelah realisasi rencana itu. Bagaimanapun juga yang paling mendapat pengaruh dari kenaikan suku bunga adalah dolar AS, semakin besar kenaikan suku bunga, maka dolar AS kemungkinan akan semakin menguat.
Seiring penguatan di transaksi antarbank, dalam kurs tengah BI, nilai tukar rupiah juga bergerak menguat menjadi Rp 14.050 dibandingkan hari sebelumnya (15/12) di posisi Rp 14.065 per dolar AS.
Bestprofit Futures Bandung – Laju nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) pada perdagangan Selasa (15/12) sore ditutup menguat Rp 14.020/USD atau dibandingkan perdagangan Senin kemarin (14/12) pada posisi Rp 14.150/USD. Sedangkan Yuan China semakin merosot jelang keputusan kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed).
Kurs rupiah berdasarkan data Limas berada di level Rp 14.045/USD menguat 113 poin dari posisi sebelumnya yang berada di level Rp 14.158/USD. Sementara rupiah berdasarkan data Bloomberg berada pada level Rp 14.046/USD naik 76 poin dari posisi Rp 14.122/USD di awal pekan kemarin.
Selanjutnya, posisi rupiah berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) BI berada pada level Rp14.065/USD menguat 11 poin dari Rp14.076/USD pada penutupan Senin kemarin. Seperti dikutip dari Reuters, mata uang China, yuan melemah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) dan Bank Rakyat Cina (PBOC) coba mengantisipasi hal tersebut agar tidak bertambah buruk. Selain itu USD terhadap yen merosot 0,2% pada posisi 120.75. Sedangkan euro terhadap USD naik 0,4% di posisi 1,1040.
Bestprofit Futures Bandung – Laju nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Senin (14/12) sore hingga siang, bergerak melemah sebesar 19 poin menjadi Rp 14.011 dibandingkan posisi sebelumnya di posisi Rp 13.992 per dolar AS. Mata uang rupiah turun menembus level Rp 14.000 per dolar AS menyusul potensi kenaikan suku bunga AS (Fed fund rate).
Menjelang pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada 15-16 Desember mendatang, pelaku pasar menahan untuk masuk ke aset di negara-negara berisiko, termasuk Indonesia sehingga laju rupiah cenderung mengalami koreksi. Di sisi lain, penurunan harga komoditas dunia juga masih masih membayangi tinjauan ekonomi Indonesia, yang mana Indonesia merupakan salah satu produsen minyak sawit terbesar di dunia dan eksportir batu bara.
Akumulasi faktor kenaikan suku bunga di AS serta merosotnya harga komoditas memberikan tekanan bagi rupiah. Bank sentral AS/The Fed tidak menunda kembali rencananya untuk menaikkan suku bunga acuannya sehingga ketidakpastian di pasar keuangan berkurang.
Ketidakpastian masih menyelimuti pasar keuangan pasar global, termasuk di Indonesia mengenai rencana the Fed, diharapkan kenaikan suku bunga tidak ditunda seperti pada pertemuan FOMC sebelumnya. Pelemahannya masih cenderung terbatas menyusul aksi Bank Indonesia yang aktif menjaga fluktuasi di pasar valas domestik.
Seiring pelemahannya di transaksi antarbank, pada kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada hari Senin (14/12) nilai tukar rupiah juga bergerak melemah menjadi Rp 14.076 dibandingkan hari sebelumnya (11/12) di posisi Rp 13.937 per dolar AS.
Bestprofit Futures Bandung – Laju nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) pada hari ini ditutup semakin merosot di tengah menguatnya euro dan yen terhadap USD. Kurs rupiah berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) BI, berada pada level Rp 13.723/USD. Posisi ini melemah 27 poin dari penutupan sebelumnya di level Rp 13.696/USD.
Kurs rupiah berdasarkan data Limas berada pada level Rp 13.830/USD. Posisi itu naik tipis 7 poin dibanding sebelumnya pada level Rp 13.837/USD. Rupiah berdasarkan data Bloomberg pada level Rp 13.718/USD. Posisi itu terdepresiasi menguat tipis 4 poin dibanding penutupan sebelumnya di level Rp 13.722/USD.
Sementara, seperti dikutip dari Reuters, USD merosot 0,2 persen terhadap sekeranjang mata uang, setelah mencapai puncak tertinggi delapan bulan karena ekspektasi kenaikan suku bunga AS dalam waktu dekat. Euro naik 0,1 persen menjadi 1,0647 pada hari ini setelah kemarin jatuh terendah berada pada posisi 1,0592. Sementara, yen menguat 0,2 persen pada posisi 122,54/USD. Dengan peluang peningkatan untuk kenaikan suku bunga pada Desember, perdebatan pun bergeser apakan kenaikan suku bunga AS di masa depan akan melambat dan bertahap.
Bestprofit Futures Bandung – Laju nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) pada hari ini ditutup menguat, di tengah berjuangnya USD terhadap mata uang euro dan yen.
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah pada level Rp 13.775/USD. Posisi itu terapresiasi 44 poin dibanding penutupan sebelumnya di level Rp 13.819/USD.
Posisi rupiah berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) BI pada level Rp 13.787/USD. Posisi ini melemah dari kemarin di level Rp 13.763/USD. Rupiah berdasarkan data Sindonews bersumber dari Limas berada pada level Rp 13.778/USD. Posisi itu naik 54 poin dibanding kemarin pada level Rp 13.832/USD.
Merujuk data Reuters, USD berjuang terhadp euro dan yen. Beberapa analis mengatakan bahwa saat ini akan mengambil lebih dari tindakan yang diharapkan bulan depan di zona euro serta kebijakan moneter AS untuk mendorong greenback lebih tinggi. Mata uang Jepang, yen naik hampi setengah persen terhadap USD setelah Bank of Japan mempertahankan kebijakan yang stabil. Sementara, Selandia Baru dan dolar Australia juga naik hampir 1%. USD terhenti lagi di atas USD1.06 terhadap euro dengan beberapa pemain mengambil profit taking oleh beberapa pemain besar. Indeks USD turun sekitar 0,3% menjadi 99,326.
Sementara itu, Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara menilai jika suku bunga The Federal Reserve AS naik pada Desember 2015, ketidakpastian ekonomi akan berakhir. Saat ini pelaku pasar sangat menanti kepastian suku bunga The Fed pada Desember 2015 sehingga tekanan di pasar finansial masih membayangi. Kenaikan suku bunga The Fed setelah penaikan perdana akan bertahap dan sangat perlahan. Dengan begitu imbasnya bagi pasar finansial negaraemerging markets tidak besar.
Bestprofit Futures Bandung – Laju nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Kamis (12/11) sore, menguat 15 poin menjadi Rp 13.585 per dolar AS dibandingkan dengan posisi sebelumnya; Rp 13.600 per dolar AS.
Penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS cenderung masih terbatas mengingat sebagian pelaku pasar uang mengambil posisi “wait and see” pada beberapa data ekonomi Amerika Serikat yang akan diumumkan dalam waktu dekat.
Data Amerika Serikat (AS) seperti klaim pengangguran mingguan, serta pidato Gubernur Federal Reserve akan menjadi salah satu sorotan utama investor di pasar uang. Investor akan mencermati arah kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS), setelah pada pekan lalu data tenaga kerja AS tercatat cukup mengesankan. Komentar yang mengarah pada kenaikan suku bunga dapat memulihkan dolar AS yang dalam beberapa hari terakhir ini mengalami depresiasi terhadap mayoritas mata uang dunia.
Pelaku pasar uang masih bertahan di aset berisiko, salah satunya rupiah seraya menanti sentimen selanjutnya yakni komentar pejabat bank sentral AS pada pertengahan bulan November ini mengenai kenaikan suku bunga acuan AS. Selain itu, pelaku pasar saat ini juga sedang menantikan pengumuman data stok minyak Amerika Serikat. Jika stok minyak terindikasi mengalami kenaikan, maka harga minyak berpotensi melanjutkan tekanannya dan mengangkat nilai tukar dolar AS.
Penurunan harga minyak menjadi salah satu sentimen negatif bagi kurs negara berkembang, termasuk rupiah sehingga mengalami koreksi terhadap dolar AS. Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada hari Kamis (12/11) mencatat nilai tukar rupiah menguat menjadi Rp 13.575 per dolar AS dibandingkan dengan hari sebelumnya (11/11); Rp 13.576 per dolar AS.
Bestprofit Futures Bandung – Laju nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) pada perdagangan hari ini berhasil balik arah (rebound) tipis, di tengah mendatarnya USD terhadap yen pascarilis data ekonomi China kuartal III.
Kurs rupiah berada pada level Rp 13.515/USD, dengan kisaran harian Rp 13.421-Rp 13.620/USD. Posisi itu terapresiasi 10 poin dibanding posisi penutupan sebelumnya di level Rp 13.525/USD.
Kurs rupiah berdasarkan data Bloomberg pada level Rp 13.517/USD. Posisi tersebut membaik 23 poin dibanding posisi penutupan perdagangan sebelumnya di Rp 13.540/USD. Berdasarkan data Limas pada level Rp 13.548/USD, positif 14 poin dibanding sebelumnya pada level Rp 13.562/USD.
Sementara posisi rupiah berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) BI pada level Rp 13.563/USD, merosot sebesar 31 poin dibanding posisi sebelumnya di level Rp 13.534/US. USD menguat terhadap euro tapi mendatar terhadap yen. Euro diperdagangkan dekat level terendah 10 hari terhadap USD pada hari ini karena investor menunggu pertemuan Bank Sentral Eropa (ECB), di mana stimulus lebih lanjut bisa diumumkan untuk meningkatkan inflasi di zona Eropa.
Meskipun sebagian besar pedagang dan analis memperhitungkan ECB akan menunggu sampai pertemuan Desember untuk mengumumkan sesuatu yang baru, mereka melihat risiko bahwa langkah-langkah pelonggaran tambahan dapat diumumkan Kamis ini. Euro turun ke 1,1340/USD, dekat dengan level terendah pada Jumat lalu di 1,1335, terlemah sejak 9 Oktober 2015.
Dolar Australia menguat 0,4% terhadap USD setelah data ekonomi dari China menunjukkan pertumbuhan di bawah target untuk kali pertama sejak 2009, sedikit lebih baik dari estimasi ekonom. Terhadap yen, USD mendatar di 119,34, setelah berada di level 119,15.
Bestprofit Bandung – Pergerakan nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa (15/9) pagi hingga siang bergerak melemah sebesar 23 poin menjadi Rp 14.356 dibandingkan posisi sebelumnya sebesar Rp 14.333 per dolar AS. Terbatasnya sentimen positif dari dalam negeri ditambah kekhawatiran pasar terhadap pelambatan ekonomi Tiongkok dan pertumbuhan global serta kebijakan the Fed yang belum pasti kembali menekan nilai tukar rupiah.
Pekan ini seluruh pandangan akan tertuju pada sidang the Fed, hingga saat ini peluang kenaikan suku bunga AS masih menjadi perdebatan. Diharapkan rapat the Fed menghasilkan pandangan baru sehingga tidak membuat pasar kembali bergejolak. Dari dalam negeri, sentimennya cenderung netral, pelaku pasar saat ini sedang menanti kinerja pemerintah dalam hal percepatan penyerapan anggaran belanja modal dalam rangka mendorong pembangunan infrastruktur.
Jika penyerapan anggaran maksimal maka secara fundamental ekonomi Indonesia akan membaik, situasi itu yang nantinya akan menopang mata uang rupiah terhadap dolar AS. Suku bunga The Fed saat ini di level 0,25 persen, jika hasil keputusan rapat the Fed menaikan suku bunga maka potensi nilai tukar rupiah kembali melemah cukup terbuka.
The Fed menaikan suku bunga maka rupiah bisa ke level Rp15.000 per dolar AS dalam waktu dua atau tiga bulan ke depan, setelah itu nilai tukar rupiah dapat kembali normal cenderung menguat namun dengan catatan harus diiringi juga dengan kebijakan Bank Indonesia salah satunya menurunkan BI rate. Dengan menurunkan BI rate dapat mendorong daya beli masyarakat. Suku bunga yang rendah dipercaya akan mendorong kredit perbankan dan konsumsi akan meningkat.
Bestprofit Bandung – Laju nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis sore ditutup menguat sebesar 60 poin menjadi Rp 13.100 dibandingkan posisi sebelumnya di posisi Rp 13.160 per dolar AS. Kurs rupiah bergerak menguat seiring dengan outlook peringkat utang Indonesia yang naik menjadi positif dari stabil oleh Standard & Poor’s (S&P).
Kebijakan S&P yang menaikan outlook Indonesia itu seiring dengan struktur APBN yang memiliki ruang gerak fiskal besar. Situasi itu menjadi salah satu yang memberikan ruang bagi rupiah bergerak menguat terhadap dolar AS. Di sisi lain, hasil risalah rapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada April lalu yang menyatakan belum adanya indikasi sinyal kenaikan suku bunga AS (Fed fund rate) menambah topangan bagi mata uang rupiah bergerak menguat.
Namun, diperkirakan volatilitas rupiah masih akan tinggi karena belum adanya kepastian waktu kenaikan Fed fund rate. Di tengah ketidakpastian itu pelaku pasar uang akan tetap cenderung mengakumulasi mata uang yang dianggap dapat menjaga nilai, salah staunya dolar AS. The Fed ingin menghindari volatilitas yang tinggi ketika suku bunga naik sehingga kenaikan suku bunga tidak akan tiba-tiba dan akan lebih mengikuti panduan yang diberikan dari pertemuan ke pertemuan.
Kenaikan suku bunga the Fed hanya akan terjadi secara terencana mengikuti panduan. The Fed yang masih enggan untuk menaikan suku bunga, memberi peluang untuk menekan mata uang dolar AS di negara berkembang termasuk di Indonesia. Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Kamis (21/5) mencatat nilai tukar rupiah bergerak menguat menjadi Rp 13.150 dibandingkan hari sebelumnya (20/5) Rp 13.169.
Bestprofit Bandung – Laju nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin (18/5) sore, melemah sebesar 91 poin menjadi Rp 13.151 per dolar AS dibanding posisi sebelumnya di posisi Rp 13.060 per dolar AS. Dolar AS bergerak menguat terhadap sebagian mata uang di kawasan Asia, termasuk rupiah menyusul sebagian pelaku pasar uang yang mengambil posisi ambil untung setelah pada pekan lalu mata uang AS itu cenderung mengalami pelemahanan.
Pelaku pasar mata uang saat ini juga sedang menunggu beberapa indikator ekonomi lainnya seperti data konstruksi tempat tinggal di Amerika Serikat yang akan diumumkan pada hari Selasa (19/5) dan hasil rapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada Rabu (20/5) waktu setempat. Di tengah antisipasi itu, pelaku pasar cenderung memegang aset safe haven seperti dolar AS.
Meski demikian, penguatan dolar AS cenderung jangka pendek di pasar valas dalam negeri menyusul perkiraan ekonomi AS di kuartal dua mendatang cenderung melambat. Data ekonomi Amerika Serikat cukup pesimis seiring produksi industri dan konsumen AS yang menurun di bulan April. Belum stabilnya data ekonomi AS memberikan spekulasi belum akan adanya kenaikan suku bunga Bank Sentral AS atau The Fed yang dipercepat sehingga dapat menambah daya rupiah untuk berbalik menguat.
Adanya harapan pasar akan penurunan tingkat suku bunga Bank Indonesia (BI rate) juga diperkirakan dapat menopang rupiah. Selain itu, surplus neraca perdagangan senilai 454,4 juta dolar AS dan harapan akan kian sempitnya defisit neraca transaksi berjalan akan menambah sentimen positif bagi pasar obligasi yang pada akhirnya menopang mata uang rupiah. Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Senin (18/8) mencatat nilai tukar rupiah bergerak menguat menjadi Rp 13.116 dibandingkan hari sebelumnya (15/5) Rp 13.090.
Bestprofit Bandung – Pergerakan nilai tukar rupiah diperkirakan akan berada pada kisaran level support Rp 13.010 dengan resistance Rp 13.100. Rupiah masih cenderung melemah, lantaran masih adanya tren penguatan dolar Amerika Serikat (AS). Dua minggu terakhir memang terjadi tekanan (dolar Amerika Serikat) berlebih. Bank Indonesia tidak segan-segan melakukan intervesi di pasar valas, untuk menjaga nilai tukar rupiah secara gradute.
Kurs rupiah masih dipengaruhi sentimen munculnya asumsi Bank Central AS The Fed yang akan menaikkan suku bunga lebih cepat. Akan tetapi, pernyataan dari sisi Bank Indonesia (BI) yang sepertinya masih belum mengkhawatirkan kondisi tersebut. BI sepertinya masih memandang belum mengkhawatirkan rupiah meskipun telah tembus di level sekarang ini. Terlihat belum ada tindakan dari pejabat baik BI maupun pemerintah, mengenai pelemahan ini.
Alasan BI masih belum melakukan intervensi dikarenakan masih mempertimbangkan untuk melonggarkan kebijakan fiskal dalam negeri. Melalui langkah dengan tetap menjaga defisit transaksi berjalan, sehingga intervensi rupiah belum tepat dilakukan dalam waktu dekat. Defisit transaksi berjalan diperbaiki kalau misalnya ada intervensi. Dikhawatirkan kebijakan itu hanya sementara meredam investor,ditambah penguatan dolar AS akibat sentimen The Fed dapat terus mendorong laju dolar AS.
Bestprofit Bandung – Pergerakan nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Kamis (5/3) sore, bergerak menguat tipis sebesar tujuh poin menjadi Rp 12.968 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp 12.975 per dolar AS.
Kurs rupiah berbalik arah ke area positif setelah sempat tertekan ke level Rp 13.000 per dolar AS di pasar valas domestik menyusul ekspektasi data cadangan devisa Indonesia periode Februari 2015 masih stabil. Cadangan devisa pada Februari 2015 masih relatif stabil dibandingkan bulan sebelumnya yakni di kisaran USD 114 miliar. Cadangan devisa Indonesia itu masih bisa memenuhi lebih dari enam bulan kebutuhan impor.
Meski demikian, penguatan rupiah masih bersifat sementara karena dibayangi oleh belum adanya kepastian bank sentral AS (Federal Reserve) mengenai waktu penurunan suku bunganya (fed fund rate). Sampai pertengahan tahun ini, volatilitas rupiah diperkirakan masih akan tinggi.
Adanya ekspektasi penurunan kembali tingkat suku bunga Bank Indonesia (BI rate) membuat investor berorientasi jangka pendek akan cenderung menarik dananya, karena turunnya BI rate dapat menurunkan imbal hasil investasi. Di sisi lain, diturunkannya BI rate dapat mendorong ekspansi perusahaan domestik meningkat sehingga dapat menopang pertumbuhan ekonomi ke depannya. Sebaliknya pada kurs tengah Bank Indonesia mata uang domestik ini bergerak melemah menjadi Rp 13.022 dibandingkan hari sebelumnya, Rabu (4/3) di posisi Rp 12.963 per dolar AS.
Bestprofit Bandung – Pada perdagangan akhir pekan ini, Jumat (13/2), Bank Indonesia (BI) akan merilis data Current Account kuartal ke-4 2014. Data ini bisa menjadi market mover bagi nilai tukar dolar AS terhadap rupiah. Hasil yang surplus diharapkan bisa mendorong penguatan rupiah.
Pergerakan rupiah Jumat ini berada pada kisaran antara 12.680 hingga 12.900. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dibuka melemah kemarin dan hingga siang masih bertengger di kisaran 12.825. Pelemahan rupiah kali ini bisa diasosiasikan dengan kemungkinan tidak tercapainya kesepakatan bailout Yunani yang baru.
Selain itu, pelaku pasar mengkhawatirkan bila Yunani tidak menerima atau melanjutkan bailout, bisa mengganggu pasar keuangan global. Oleh karena itu, pasar yang beresiko seperti emerging markets akan dihindari pelaku pasar untuk sementara waktu. Yunani dihadapkan pada batas akhir bailout tahap dua tanggal 28 Februari nanti. Setelah melewati tanggal ini, tanpa bailout atau pinjaman baru, Yunani akan kesulitan mendapatkan sumber dana pembiayaan untuk menjalankan pemerintahannya.
Terlebih peringkat surat utang Yunani sudah dianggap junk oleh beberapa lembaga pemeringkat utang dunia. Semua itu menurunkan minat pemodal untuk membeli surat utang negara tersebut.
Bestprofit Bandung – Sekalipun menguat tipis, kurs Rupiah berhasil mampir di zona hijau dalam sepekan terakhir. Salah satu katalisnya adalah penguatan harga minyak mentah dunia ke atas USD 50 per barel.
Menurut kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) yang dilansir Bank Indonesia (BI), nilai tukar rupiah menguat tipis 12 poin (0,095%) ke posisi 12.613 pada pekan yang berakhir Jumat, 6 Februari 2015 dibandingkan akhir pekan sebelumnya, Jumat, 30 Januari di angka 12.625.
Rilis pelemahan data-data ekonomi Indonesia bungkam laju Rupiah sepanjang pekan kemarin. Laju Rupiah kembali melanjutkan pelemahannya seiring melemahnya laju Yuan pasca dirilisnya penurunan indeks manufaktur Tiongkok. Pergerakan rupiah pun sesuai dengan ekspektasi kami sebelumnya di mana masih akan melanjutkan pelemahannya.
Membaiknya laju inflasi dan neraca perdagangan Indonesia kurang mampu membawa perbaikan pada laju Rupiah. Laju dolar AS sempat turun setelah merespons pelemahan pada pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB)-nya di akhir pekan sebelumnya namun, pelemahan tersebut diimbangi dengan penurunan Yuan.
Di sisi lain, pelaku pasar masih melihat perlambatan ekonomi yang ada di Tiongkok. Sentimen positif yang ada di Asia sempat turut mempengaruhi laju Rupiah yang mampu mengalami kenaikan meski tipis. Penguatan Rupiah sejalan dengan berhasilnya pemerintah mengadakan lelang SUN sebanyak 4 seri dengan nilai total penawaran yang masuk Rp 40,23 triliun dan berhasil diserap Rp 16 triliun.
Naiknya Rupiah juga ditopang menguatnya Euro seiring meredanya kekhawatiran pelaku pasar terhadap Grexit pasca PM terpilih mengadakan kunjungan ke Negara-negara kreditor di Eropa dan rilis penguatan indeks manufaktur di beberapa kawasan di Zona Eropa. Meningkatnya harga minyak mentah secara tidak langsung membuat permintaan atas dolar AS sedikit turun sehingga dapat dimanfaatkan oleh mata uang Asia untuk menguat, termasuk Rupiah.
Selain itu, laju Euro masih bertahan positif. Begitupun dengan Yuan yang menguat setelah People’s Bank of China (PBoC) menginginkan dibatasinya volatilitas aliran modal untuk meningkatkan nilai mata uang Yuan. Laju Rupiah mendekati akhir pekan kembali mengalami pelemahan seiring antisipasi akan adanya perlambatan ekonomi yang terefleksi pada rendahnya rilis GDP.
Perkiraan angka Produk Domestik Bruto (PDB) Indoesia di kuartal IV-2014 secara tahunan yang berada di level 4,27% dari estimasi sebelumnya 5,15%. Nyatanya meski rilis resmi GDP oleh BPS lebih tinggi dari estimasi, namun, tetap saja belum mampu memberikan imbas positif pada Rupiah.
Bestprofit Bandung – Dalam sepekan, nilai tukar rupiah tertekan 1,45%. Salah satu pemicunya adalah kekhawatiran pasar atas potensi gagal bayarnya Yunani dan keluar dari zona euro. Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) yang dilansir Bank Indonesia (BI), nilai tukar rupiah dalam sepekan terakhir melemah 181 poin (1,45%) ke posisi 12.625 pada pekan yang berakhir 30 Januari 2015 dibandingkan akhir pekan sebelumnya, 23 Januari, di angka 12.444.
Tidak adanya sentimen positif membuat rupiah terperangkap dalam zona merah dalam sepekan terakhir. Adanya pemberitaan kemenangan Partai Oposisi Yunani dalam Pemilu di akhir pekan sebelumnya memberikan sentimen negatif pada laju Euro. Pelaku pasar khawatir jika partai oposisi yang memenangi pemilu, Yunani akan mengalami default alias gagal bayar, keluar dari Zona Euro, dan berbagai persepsi lainnya.
Sentimen tersebut membuat laju euro terus menunjukkan pelemahan dan dimanfaatkan dolar AS untuk menguat sehingga rupiah pun terjungkal ke zona merah. Kurs Rupiah sempat menguat seiring mulai meredanya tekanan Euro setelah pemimpin partai oposisi (pemenang pemilu Yunani) mengatakan, akan melakukan negosiasi penyelesaian utang Yunani dengan para kreditur tanpa membuat Yunani keluar dari Eurozone.
Di sisi lain, apresiasi rupiah juga turut ditopang kenaikan Yen dan Yuan. Yen menguat setelah Menteri Ekonomi Jepang mengatakan, tidak ada waktu untuk membuat perencanaan untuk menggapai target inflasi 2%. Sementara Yuan menguat setelah People’s Bank of China (PBoC) menguatkan reference rate pasca pelemahan Yuan. “Di lain hari, tidak jauh berbeda dengan laju IHSG, laju rupiah turut tersengat sentiment dari pertemuan The Fed.
Tampaknya sudah menjadi siklus di mana setiap berlangsungnya pertemuan The Fed, laju rupiah cenderung turun. Pelaku pasar pun lebih memilih untuk mentransaksikan dolar AS dengan berharap akan adanya kepastian The Fed terhadap pengumuman suku bunganya. Padahal kami belum melihat adanya indikasi adanya perubahan suku bunga The Fed dalam pertemuan kali ini. The Fed masih akan melakukan penilaian terhadap seberapa kuat perekonomian AS.
Laju rupiah masih melanjutkan pergerakan negatifnya setelah laju dolar AS kian bergerak naik setelah selesainya pertemuan The Fed. Turunnya rupiah juga dibarengi dengan penurunan Won pasca memangkas suku bunga acuannya dan turunnya Yen seiring dengan pelemahan pada investasi saham dan obligasi serta penjualan ritelnya.
Dengan pelemahan tersebut dimanfaatkan bagi dolar AS untuk menguat. Dalam sepekan ke depan, rupiah berpeluang melaju dalam kisaran support-resisten 12.715-12.487 berdasarkan kurs tengah BI.