Kurs rupiah bergerak sesuai dengan fundamentalnya, adanya ekspektasi positif terhadap perbaikan defisit pada neraca perdagangan Indonesia menjadi salah satu sentimen positif bagi mata uang domestik. Dengan membaiknya defisit akan menimbulkan ekspektasi positif terhadap ekonomi Indonesia ke depan sehingga dapat menopang mata uang Rupiah.
Neraca perdagangan Oktober 2014 yang dirilis Badan pusat Statistik (BPS) kemarin Senin (1/12) mencatatkan surplus sebesar USD 23,2 juta, dimana kinerja ekspor mencapai USD 15,35 miliar dan impor sebesar USD 15,33 miliar. Di sisi lain, investor di pasar uang juga sedang menanti data manufaktur Amerika Serikat yang akan dirilis Selasa ini waktu setempat, diekspektasikan data itu mengalami perlambatan sehingga menekan dolar AS di pasar uang di kawasan Asia.
Meski demikian, penguatan mata uang rupiah masih ditertahan karena faktor data inflasi November 2014 yang melebih ekspektasi pasar. BPS mencatat, inflasi November 2014 sebesar 1,5%. Maka laju inflasi tahun kalender Januari-November 2014 telah mencapai 5,75% dan inflasi secara tahunan (yoy) tercatat sebesar 6,23%.
Untuk bulan ini (Desember), diperkirakan inflasi masih tetap tinggi, faktor kenaikan BBM masih menjadi pemicunya, apalagi ada Hari Raya dan jelang pergantian tahun. Bank Indonesia merespon kondisi itu agar inflasi tidak terlalu tinggi yang dapat menggerus imbal hasil investasi investor di dalam negeri. Sebaliknya pada kurs tengah Bank Indonesia mata uang domestik ini bergerak melemah menjadi Rp 12.276 dibandingkan posisi sebelumnya di posisi Rp 12.264 per dolar AS.
Dari bursa saham, pada penutupan perdagangan sesi I, IHSG bertambah 22,570 poin (0,44%) ke level 5.186,858 berkat aksi beli investor domestik. Neraca perdagangan RI yang surplus bulan lalu memberi dorongan positif. Aksi beli berhasil menahan indeks di zona hijau. Saham-saham di sektor konstruksi memimpin penguatan, dibuntuti saham-saham komoditas.
Mengakhiri perdagangan, Selasa (1/12), IHSG tumbuh 11,505 poin (0,22%) ke level 5.175,793. Sementara Indeks LQ45 melaju 2,879 poin (0,32%) ke level 893,578. Dana asing masih mengalir masuk lantai bursa meski tidak banyak. Transaksi investor asing hingga sore hari ini terpantau melakukan pembelian bersih (foreign net buy) senilai Rp 161,76 miliar di seluruh pasar.
Perdagangan hari ini berjalan cukup ramai dengan frekuensi transaksi sebanyak 254.351 kali dengan volume 7,177 miliar lembar saham senilai Rp 6,051 triliun. Sebanyak 156 saham naik, 121 turun, dan 100 saham stagnan. Bursa saham Tiongkok memimpin penguatan dengan lonjakan lebih dari 3%. Bursa regional pun kompak membuntuti penguatan ini.
Sedangkan situasi dan kondisi bursa regional hari ini: Indeks Nikkei 225 menguat 73,12 poin (0,42%) ke level 17.663,22, Indeks Hang Seng melonjak 286,85 poin (1,23%) ke level 23.654,30, Indeks Komposit Shanghai melesat 83,39 poin (3,11%) ke level 2.763,54, dan Indeks Straits Times bertambah 20,42 poin (0,62%) ke level 3.326,06.