Rupiah Menguat 12 Poin - PT Bestprofit Futures Bandung
Bestprofit Bandung – Sekalipun menguat tipis, kurs Rupiah berhasil mampir di zona hijau dalam sepekan terakhir. Salah satu katalisnya adalah penguatan harga minyak mentah dunia ke atas USD 50 per barel.
Menurut kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) yang dilansir Bank Indonesia (BI), nilai tukar rupiah menguat tipis 12 poin (0,095%) ke posisi 12.613 pada pekan yang berakhir Jumat, 6 Februari 2015 dibandingkan akhir pekan sebelumnya, Jumat, 30 Januari di angka 12.625.
Rilis pelemahan data-data ekonomi Indonesia bungkam laju Rupiah sepanjang pekan kemarin. Laju Rupiah kembali melanjutkan pelemahannya seiring melemahnya laju Yuan pasca dirilisnya penurunan indeks manufaktur Tiongkok. Pergerakan rupiah pun sesuai dengan ekspektasi kami sebelumnya di mana masih akan melanjutkan pelemahannya.
Membaiknya laju inflasi dan neraca perdagangan Indonesia kurang mampu membawa perbaikan pada laju Rupiah. Laju dolar AS sempat turun setelah merespons pelemahan pada pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB)-nya di akhir pekan sebelumnya namun, pelemahan tersebut diimbangi dengan penurunan Yuan.
Di sisi lain, pelaku pasar masih melihat perlambatan ekonomi yang ada di Tiongkok. Sentimen positif yang ada di Asia sempat turut mempengaruhi laju Rupiah yang mampu mengalami kenaikan meski tipis. Penguatan Rupiah sejalan dengan berhasilnya pemerintah mengadakan lelang SUN sebanyak 4 seri dengan nilai total penawaran yang masuk Rp 40,23 triliun dan berhasil diserap Rp 16 triliun.
Naiknya Rupiah juga ditopang menguatnya Euro seiring meredanya kekhawatiran pelaku pasar terhadap Grexit pasca PM terpilih mengadakan kunjungan ke Negara-negara kreditor di Eropa dan rilis penguatan indeks manufaktur di beberapa kawasan di Zona Eropa. Meningkatnya harga minyak mentah secara tidak langsung membuat permintaan atas dolar AS sedikit turun sehingga dapat dimanfaatkan oleh mata uang Asia untuk menguat, termasuk Rupiah.
Selain itu, laju Euro masih bertahan positif. Begitupun dengan Yuan yang menguat setelah People’s Bank of China (PBoC) menginginkan dibatasinya volatilitas aliran modal untuk meningkatkan nilai mata uang Yuan. Laju Rupiah mendekati akhir pekan kembali mengalami pelemahan seiring antisipasi akan adanya perlambatan ekonomi yang terefleksi pada rendahnya rilis GDP.
Perkiraan angka Produk Domestik Bruto (PDB) Indoesia di kuartal IV-2014 secara tahunan yang berada di level 4,27% dari estimasi sebelumnya 5,15%. Nyatanya meski rilis resmi GDP oleh BPS lebih tinggi dari estimasi, namun, tetap saja belum mampu memberikan imbas positif pada Rupiah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar