Persiapan dan koordinasi dari Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi, terus dimatangkan. Menteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin, pun menggelar rapat persiapan Armina, untuk mengetahui perkembangan terakhir jelang prosesi haji itu. Beberapa laporan juga disampaikan Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah, Kementerian Agama, Abdul Djamil dan Kepala Satuan Operasional Armina, Jaetul Muchlis.
Selain itu, Lukman yang bertindak sebagai amirul hajj menekankan proses kepulangan jemaah pada kloter-kloter awal pasca Armina nanti. Untuk itu, rangkaian ini menjadi catatan krusial yang harus diantisipasi seluruh petugas haji.
Lukman pun memberikan lima penekanan jelang pelaksanaan Armina.
Pertama, terkait mobilisasi jemaah dari hotel ke Arafah, Muzdalifah, dan Mina. Mobilisasi jemaah dari enam wilayah di Mekah itu harus dikoordinasikan dengan sektor dan maktab. Semua informasi terkait pergerakan jemaah itu juga harus disampaikan dengan tepat.
Intinya, jemaah tidak terlalu lama menunggu, atau terlalu cepat berangkat, sehingga menjadi tergesa-gesa. Upaya ini juga untuk menghindari ada barang jemaah yang tidak terbawa.
Jemaah pun tidak berjam-jam menunggu kedatangan bus yang akan membawanya ke Arafah.
"Jadi, jemaah harus diinformasikan dan tahu persis kapan akan berangkat," kata Lukman di Mekah, Senin sore waktu Saudi, 5 September 2016
Kedua, terkait tenda jemaah yang kokoh dan pasokan listrik. Upaya ini perlu ditekankan, agar pengalaman tenda roboh karena terpaan angin tahun lalu tidak terulang.
Sementara itu, untuk pasokan listrik, diharapkan tidak terjadi gangguan selama wukuf. Permintaan Indonesia agar pemerintah Arab membangun pembangkit listrik permanen tidak kunjung terealisasi.
Karena di tenda, menurut Lukman, pasokan listrik sifatnya darurat, ada kemungkinan terjadi gangguan. "Apalagi, pos kesehatan ‘nyawanya’ adalah listrik. Banyak alat-alat medis yang mengandalkan listrik," kata Lukman.
Ketiga, menyangkut perjalanan bus dari Arafah ke Muzdalifah. Pengalaman tahun lalu, banyak bus yang kesasar dan berputar-putar. Sementara itu, jemaah juga terlalu lama menunggu di Muzdalifah. Kondisi ini juga bisa menjadi titik krusial saat mabit nanti.
Keempat, terkait kondisi di Mina. Ketika di Mina, saat stamina jemaah belum pulih, lalu melaksanakan tawaf ifadah. Jemaah sebaiknya tidak memaksakan diri dan melihat kondisi masing-masing.
Lukman pun menekankan ketentuan baru dari pemerintah Arab Saudi terkait larangan melempar jumrah. Selain itu, yang harus diperhatikan adalah kepatuhan pada rute. Jemaah jangan sampai dibelokkan ke rute yang bukan jalur bagi jemaah haji Indonesia.
Kelima, terkait penekanan pada kepulangan jemaah ke Tanah Air pasca Armina. Lukman meminta petugas untuk mengantisipasi penundaan penerbangan (delay), karena persoalan kelebihan bagasi jemaah. Terutama terkait air zamzam dan barang belanjaan jemaah.