PT BESTPROFIT FUTURES | BANDUNG: Harga Minyak Dunia Tergelincir - PT Bestprofit Futures BandungHarga Minyak Dunia Tergelincir - PT Bestprofit Futures Bandung
Harga Minyak Dunia Tergelincir - PT Bestprofit Futures Bandung
PT Bestprofit Futures Bandung - Harga minyak dunia tergelincir dari keuntungan dua hari pada sesi akhir hari Selasa, karena para pedagang memperingatkan bahwa lonjakan harga yang terjadi terlalu cepat sementara faktor fundamental tidak banyak berubah.
Harga minyak naik sekitar 10 persen dalam dua hari perdagangan terakhir setelah Arab Saudi dan Rusia mengumumkan bahwa mereka akan menghentikan peningkatan produksi, serta mendorong produsen-produsen besar lainnya untuk mengikuti langkah serupa.
Patokan AS, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman April turun 1,40 dolar AS dan berakhir di level 36,50 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange, sementara minyak mentah Brent untuk pengiriman Mei turun 1,19 dolar AS dan ditutup pada 39,65 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange. Para analis mengantisipasi bahwa perusahaan-perusahaan minyak besar AS akan terus memangkas pengeluaran mereka. Perusahaan-perusahaan energi AS mengurangi rig minyak mereka untuk pekan kesebelas berturut-turut, menurut data yang dirilis oleh perusahaan jasa minyak Baker Hughes.
Selain itu, penurunan harga minyak juga didorong oleh data perdagangan Tiongkok yang lemah dan skeptisisme tentang prospek produsen-produsen minyak besar akan sepakat membatasi produksi. Penurunan terjadi setelah data kepabeanan Tiongkok menunjukkan ekspor merosot 25,4 persen pada Februari, penurunan terbesar sejak Mei 2009. Data tersebut juga menunjukkan penurunan 13,8 persen dalam impor Tiongkok, memunculkan pertanyaan lebih lanjut tentang kesehatan ekonomi terbesar kedua di dunia itu.
Gene McGillian dari Tradition Energy mengatakan data Tiongkok yang buruk, bersama dengan peluang laporan persediaan minyak bumi AS “bearish” pada Rabu, berarti pasar minyak mungkin “sedikit terlalu berat” setelah WTI naik sekitar 10 dolar AS selama satu bulan terakhir atau lebih. Para analis juga mengutip laporan dari Goldman Sachs yang menyesalkan “lonjakan prematur dalam harga komoditas yang kami percaya tidak berkelanjutan” setelah kenaikan kuat dalam harga minyak, tembaga dan komoditas lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar