"IHSG diperkirakan bergerak di teritori negatif di kisaran level 4.770 hingga 4.820," kata analis First Asia Capital, David N Sutyanto di Jakarta.
Menurut David, pasar saham dan aset berisiko lainnya kembali dilanda koreksi akibat meningkatnya kembali kekhawatiran perlambatan ekonomi global setelah data manufaktur China dan AS yang keluar mengindikasikan tren itu kembali terjadi.
Saham pertambangan akan cenderung dilanda sentimen negatif setelah reli harga komoditas tertahan menyusul memburuknya data manufaktur China.
"Pasar cenderung melepas saham berbasiskan komoditas tambang, setelah data aktivitas manufaktur di China, April lalu, kembali mengindikasikan terjadinya kontraksi," tuturnya.
Caixin Manufacturing Purchasing Managers Index April lalu berada di angka 49,4 di bawah perkiraan 49,8 dan bulan sebelumnya 49,7.
David menambahkan, data manufaktur China yang kurang menggembirakan tersebut telah menekan pergerakan pasar saham kawasan negara berkembang (emerging market), pasar saham global, dan harga minyak mentah Selasa malam di AS.
Indeks The MSCI Emerging Market kemarin terkoreksi 1,7 persen di 821,09. Di Wall Street, indeks DJIA dan S&P terkoreksi masing-masing 0,78 persen dan 0,87 persen ke level 17.750,91 dan 2.063,37. Di kawasan Euro, indeks saham Eurostoxx melemah 1,93 persen di posisi 2.974,20.
Sementara itu, harga minyak mentah Selasa malam di AS melemah 2,5 persen di US$43,65 per barel.
Berdasarkan sentimen tersebut, David merekomendasikan saham-saham berikut, di antaranya, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN), PT Adhi Karya Tbk (ADHI), PT Wijaya Karya Tbk (WIKA), PT Pakuwon Jati Tbk (PWON), PT Ciputra Development Tbk (CTRA), dan PT PP Properti Tbk
Tidak ada komentar:
Posting Komentar