Pada pekan lalu, harga emas untuk pengiriman Agustus ditransaksikan di level US$ 1.227,8. Harga perak untuk pengiriman September bergerak di kisaran US$ 15,90 per ounce.
Harga emas melambat untuk kembali pulih seiring pernyataan dari pimpinan bank sentral Amerika Serikat Janet Yellen. Ia menekankan kalau bank sentral AS juga fokus terhadap inflasi. Selain itu, kenaikan suku bunga tetap dilakukan secara bertahap, dan mungkin kenaikannya juga melambat tergantung dari data ekonomi.
Harga emas juga dipengaruhi data inflasi dan penjualan ritel yang melemah dari yang diharapkan pada pekan lalu. Sejumlah analis memperkirakan, data ekonomi tersebut membuat pelaku pasar ragu terhadap tindakan bank sentral AS selanjutnya untuk menaikkan suku bunga.
"Data ekonomi melanjutkan pelemahan, dan ini akan memperlambat langkah the Federal Reserve. The Federal Reserve dapat menaikkan suku bunga lebih dari satu kali lagi pada tahun ini, tetapi itu sudah diantisipasi pasar. Rilis data ekonomi menunjukkan kalau the Federal Reserve tidak akan agresif," ujar Bill Baruch, Analis Senior iiTrader.com, seperti dikutip dari laman Kitco, Senin (17/7/2017).
Sementara itu, Analis RJO Futures Philip Streible menuturkan, data penjualan ritel mengecewakan berdampak besar untuk harga emas dan perak dalam jangka pendek.
"Saya pikir penjualan ritel mengecewakan dapat berdampak negatif ke pasar saham, dan mengangkat harga emas," ujar dia.
Streibe mengatakan, pihaknya melihat harga emas akan berada di atas US$ 1.230 per ounce sedangkan harga perak di atas US$ 16 per ounce.
Sedangkan Baruch mengatakan, level harga emas di kisaran US$ 1.260 merupakan kunci. Jika harga emas dapat menembus level di atas itu maka harga emas dapat reli ke level US$ 1.290 per ounce.
Sejumlah analis memperkirakan, level resistance perlu diperhatikan untuk harga emas di kisaran US$ 1.240. Sedangkan level support di kisaran US$ 1.200-US$ 1.204 per ounce.
Sentimen rilis data penjualan ritel mengecewakan diperkirakan terus berlanjut pada pekan ini. Selain itu, ada sejumlah rilis data ekonomi yang akan keluar pada pekan ini antara lain data manufaktur regional, konstruksi properti.
Pelaku pasar juga akan memperhatikan pertemuan bank sentral Eropa. Bank sentral Eropa diharapkan tidak menaikkan suku bunga pada pekan ini. Hal itu mengingat pimpinan bank sentral Eropa Mario Draghi memberikan pernyataan agresif terhadap kebijakan moneter. Pernyataan dari Draghi menjadi sentimen yang dapat mendorong imbal hasil obligasi global.
Sedangkan prediksi kenaikan suku bunga bank sentral AS cenderung turun. Hasil survei terhadap kenaikan suku bunga hanya mencapai 54 persen dari dua minggu lalu di kisaran hampir 60 persen.
Sumber
liputan6.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar