"Hingga saat ini, Atase Pertahanan kami di KBRI pun belum menerima pernyataan resmi mengenai keterlibatan WNI di Irak, karena kami tidak bisa memverifikasi secara menyeluruh. Kami pun tahu informasi itu dari sumber terbuka atau media," ujar pejabat tadi.
Menurut pejabat itu, berbagai cara telah ditempuh untuk bisa memperoleh keterangan resmi, antara kain dengan bertemu dengan pejabat di Irak, namun hingga kini belum membuahkan hasil.
"Oleh sebab itu, pemberitaan mengenai insiden ini menjadi blunder dan berkembang liar di publik," imbuh pejabat tersebut.
Jawaban serupa juga sempat diungkap Duta Besar RI untuk Irak, Safzen Noerdin, melalui keterangan tertulis kepada VIVAnews beberapa waktu lalu. Untuk mencegah adanya WNI yang bergabung dengan kelompok pimpinan Abu Bakar al-Baghdadi itu, Safzen menyebut pihaknya telah bekerja sama dengan Pemerintah Irak.
"Kemenlu RI meminta kepada Kedutaan Besar asing di Jakarta agar tidak mudah memberikan visa kunjungan kepada WNI yang mau berkunjung dengan alasan yang diragukan," kata Safzen.
Berita mengenai tewasnya dua WNI di Irak akibat menjadi bomber bunuh diri dilaporkan oleh kelompok pemantau organisasi terorisme, SITE. Mereka menyebut, anggota militan ISIS asal Indonesia menabrakkan mobil penuh bahan peledak ke sebuah pangkalan militer di luar kota Tikrit, utara Baghdad.
WNI itu disebut memiliki nama Hanzhalah Al-Indunisi, walau analis meyakini itu bukan nama aslinya. Foto yang dikirimkan oleh SITE, memperlihatkan WNI itu membaca Al-Quran lalu asap tebal terlihat setelah mobil yang dikendarainya menabrak sasaran.
Itu disebut merupakan kasus kedua WNI menjadi pembom bunuh diri ISIS. Sementara, menurut keterangan Polri, sudah ada lima WNI yang tewas saat bertempur bersama ISIS di kawasan Timur Tengah. Otoritas keamanan di Indonesia menyebut, 60 WNI diketahui telah bergabung dengan ISIS.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar