Pada penutupan perdagangan saham Rabu (Kamis pagi WIB), indeks saham Dow Jones melemah 53,42 poin atau 0,29 persen ke level 18.400,88. Indeks saham S&P 500 merosot 5,2 poin atau 0,24 persen ke level 2.170,92. Indeks saham Nasdaq tergelincir 9,77 poin atau 0,19 persen ke level 5.213,22.
Indeks saham S&P 500 mencatatkan kinerja negatif selama Agustus 2016. Indeks saham S&P 500 susut 0,1 persen, untuk pertama kalinya sejak Februari. Sedangkan indeks saham Nasdaq naik 1 persen sepanjang Agustus.
Indeks saham S&P 500 tertekan seiring sektor saham energi merosot 1,4 persen imbas harga minyak AS melemah lebih dari tiga persen.
Selain harga minyak, data tenaga kerja juga mempengaruhi pelaku pasar. Data awal menunjukkan sektor swasta menambahkan 177 ribu pekerja pada Agustus, dan ini sesuai harapan. Pelaku pasar pun menanti data tenaga kerja atau gaji pada akhir pekan ini. Rilis data ekonomi seperti tenaga kerja menjadi pertimbangan bank sentral AS menaikkan suku bunga, dan menjadi sinyal untuk investor.
"Jika pelaku pasar mendapatkan kembali data yang solid, maka the Fed akan menaikkan suku bunga pada September," ujar Kim Forrset, Analis Senior Fort Pitt Capital Group seperti dikutip dari laman Reuters, Kamis (1/9/2016).
Rilis data ekonomi kuat dan komentar pejabat the Fed telah menaikkan harapan kalau the Fed akan menaikkan kembali suku bunga satu kali lagi sebelum akhir tahun. Hal ini berdampak ke sektor saham sehingga pelaku pasar memilih sektor saham antara lain industri dan teknologi dari sektor saham yang defensif dan memiliki imbal hasil tinggi.
Saham-saham tertelan antara lain saham Palo Alto Network melemah 7,2 persen ke level US$ 133,17. Selain itu, saham H&R Block Inc merosot 10,5 persen.
Ada pun volume perdagangan saham tercatat 6,82 miliar saham di bursa AS. Dibandingkan rata-rata perdagangan harian di kisaran 5,98 miliar saham.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar