PT BEST PROFIT FUTURES BANDUNG, PT Bestprofit - Harga emas naik pada penutupan perdagangan hari Kamis
(Jumat pagi waktu Jakarta), setelah data inflasi AS menunjukkan angka yang
lebih tinggi dari harapan.
Data tersebut meredakan kekhawatiran bahwa Bank Sentral AS atau the Federal
Reserve (the Fed) akan mengurangi dukungan stimulus moneter. Mengutip CNBC,
Jumat (11/6/2021), harga emas di pasar spot naik 0,3 persen menjadi USD
1.893,75 per ounce pada pukul 13.43 EDT, setelah sebelumnya mencapai level
terendah sejak 4 Juni di USD 1.869,46 per ounce.
Sedangkan harga emas berjangka AS menetap di USD 1.896,40 per ounce.
Data menunjukkan harga konsumen AS meningkat lebih pada Mei karena pemulihan
ekonomi yang berkelanjutan dari pandemi mendorong permintaan domestik. Klaim
pengangguran mingguan juga turun ke level terendah dalam hampir 15 bulan.
"Dari data inflasi ini pelaku pasar sangat percaya bahwa Federal
Reserve AS tidak akan mengubah sikap dalam waktu dekat dengan tetap
mengandalkan kebijakan akomodatif. Dengan begitu kesempatan emas tetap
ada," kata analis senior OANDA, Edward Moya.
"Beberapa sentimen yang menekan harga emas memang masih ada,
tetapi pada akhirnya ketakutan soal inflasi sudah mereda yang dapat memicu
pengetatan kebijakan Fed," tambah Moya. Investor juga memperhatikan janji
Bank Sentral Eropa untuk mempertahankan aliran stimulus yang stabil selama
musim panas.
“Kami memperkirakan harga emas akan bergerak lebih tinggi dalam
beberapa minggu mendatang, dan ekspektasi inflasi akan tetap menjadi titik
fokus,” kata analis Standard Chartered, Suki Cooper. "Selera investor
baru-baru ini telah lebih dari mengimbangi permintaan emas fisik yang lemah,
terutama dari India dan Cina," tambah dia.
Harga Emas Diprediksi Terus Menguat, Bisa Tembus USD 1.920 per Ounce
Sebelumnya, harga emas menghadapi banyak volatilitas pada pekan lalu.
Pertama turun lebih dari USD 40, kemudian naik kembali menuju USD 1.900 per
ounce. Dikutip dari Kitco, Senin (7/6/2021), menurut para analis, tren bullish
pada emas masih jauh dari selesai.
Harga emas sangat sensitif terhadap taper talk bank sentral Amerika
Serikat (AS), dolar AS, dan US treasury yield. Setiap lonjakan pada tiga hal
tersebut mengarah kepada penurunan harga emas, sedangkan jika sebaliknya memicu
reli emas.
"Pasar sensitif terhadap taper talk. Kamis, kita melihat
pergerakan lebih tinggi pada imbal hasil dan dolar, dan orang-orang panik. Emas
dibuang, dibantu oleh faktor-faktor teknis," kata Kepala Strategi Global
TD Securities, Bart Melek, kepada Kitco News.
Namun aksi jual dengan cepat berbalik pada Jumat, 4 Juni 2021, karena
emas menerima dorongan dari laporan ketenagakerjaan AS yang mengecewakan
periode Mei. Menurut Melek, jika pekerjaan terus buruk, maka the Fed tidak akan
melihat inflasi sebagai masalah. "Dan imbal hasil juga tidak akan beraksi,
yang artinya bagus untuk emas," lanjutnya.
Melek memproyeksikan perdagangan emas dalam kisaran baru antara USD
1.855 dan USD 1.935. "USD 1.920 adalah batas atas yang bisa kita capai
pekan depan (pekan ini)," tuturnya. Menurut senior broker komoditas RJO
Futures, Bob Haberkorn, secara keseluruhan tren bullish emas pada Mei masih
utuh atau belum terganggu.
"Tren naik akan berlanjut berdasarkan data ketenagakerjaan ini.
Emas akan mencoba kembali ke level tertinggi Agustus. Saya melihat emas
diperdagangkan kembali ke USD 1.920 pada awal pekan depan (pekan ini).
Satu-satunya hal yang akan mengganggu sisi atas emas adalah petunjuk baru
pengetatan moneter," jelas dia.
The Fed
Para investor disebut harus mencermati imbal hasil US Treasury dan berita
utama inflasi baru. Hal ini seiring pasar yang bersiap untuk pertemuan
kebijakan moneter The Fed pada 16 Juni 2021. Arah dolar seiring dengan
kebijakan The Fed sangat penting untuk pasar emas. Menurut pakar logam mulia
Gainesville Coins, Everett Millman, pasar harus memperhatikan kapan bank
sentral itu memperbarui pemikirannya tentang inflasi dan suku bunga.
"Meskipun kita memiliki retorika tapering dan melihat tanda-tanda
inflasi, saya pikir The Fed menjalankan risiko menjaga kebijakan terlalu longgar
dalam waktu terlalu lama. Saya tidak berpikir mereka akan memperketat kebijakan
dan menaikkan suku bunga dalam waktu dekat," kata Millman.
Dalam jangka pendek, Millman netral terhadap emas. Ia memperkirakan
emas kemungkinan akan diperdagangkan antara USD 1.870 dan USD 1.890 pada pekan
depan. Sementara dalam jangka panjang, ia tetap meyakini targetnya yaitu di
level USD 2.100 per ounce. "Saya pikir kita bisa kembali ke sana. Ada
ruang untuk bergerak tinggi, khususnya setelah emas mundur dari rekor tertinggi
Agustus," jelasnya.
Sumber
liputan6.com
lowongan, lowongan kerja, lowongan kerja
bandung, loker bandung
best profit,
bestprofit, pt bestprofit, pt best profit, best, pt best, bpf
pt bpf, bestprofit
futures, pt bestprofit futures, best profit futures, pt best profit futures
PT BESTPROFIT FUTURES BANDUNG
Tidak ada komentar:
Posting Komentar