PT BEST PROFIT FUTURES BANDUNG, Bestprofit - Harga emas turun tipis
pada penutupan perdagangan hari Senin (Selasa pagi waktu Jakarta), setelah
sebelumnya mencapai level tertinggi dalam dua minggu.
Pendorong penurunan harga emas ini karena kenaikan dolar Amerika
Serikat (AS). Sementara investor menunggu data-data ekonomi AS yang akan
menjadi petunjuk rencana kebijakan moneter Bank Sentral AS atau the Federal
Reserve (The Fed). Mengutip CNBC, Selasa (6/7/2021), harga emas di pasar spot
turun 0,1 persen menjadi USD 1.785,41 per ounce pada 00.37 GMT, setelah
mencapai level tertinggi sejak 18 Juni di USD 1.794,86 per ounce pada
perdagangan Jumat.
Sedangkan harga emas berjangka AS naik 0,1 persen menjadi USD 1.785,20
per ounce. Nilai tukar dolar AS naik 0,1 persen terhadap para pesaingnya,
membuat harga emas lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya. Perusahaan AS
mempekerjakan pegawai paling banyak dalam 10 bulan pada bulan Juni, menaikkan
upah dan menawarkan insentif untuk menarik jutaan orang AS yang menganggur.
Laporan ketenagakerjaan AS yang lebih baik dari perkiraan ini
memperkuat fokus investor pada data ekonomi dan langkah the Fed selanjutnya.
Pasar mendukung bukti lebih lanjut dari pemulihan ekonomi yang kuat di tengah
kekhawatiran atas inflasi.
Data Komisi Perdagangan Berjangka Komoditas AS menunjukkan, ppekulan
mengurangi posisi beli bersih mereka di emas COMEX dalam pekan yang berakhir 29
Juni dan menaikkan posisi beli bersih mereka di perak.
Emas di India pekan lalu dijual dengan harga premium untuk pertama
kalinya dalam lebih dari dua bulan karena permintaan meningkat setelah
pembatasan untuk memerangi gelombang kedua virus Covid-19 sedikit dilonggarkan.
Harga Emas Berpotensi Tembus USD 1.800 Pekan Ini, Berikut Analisanya
Sebelumnya, harga emas berpeluang reli signifikan di atas level USD
1.800 per ounce pada pekan ini, setelah rilis hasil rapat kebijakan moneter
Juni Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed. Salah satu peristiwa besar
yang harus diperhatikan pada pekan ini adalah hasil rapat kebijakan moneter The
Fed.
Pertemuan yang berlangsung pada pertengahan Juni itu disebut memicu
aksi jual emas yang signifikan. Pelaku pasar akan memantau dengan cermat apakah
komentar hawkish yang dibuat oleh beberapa anggota The Fed selama beberapa
pekan terakhir sesuai dengan catatan dari hasil rapat.
"Hasil rapat FOMC (Federal Open Market Committee) menarik jika
bertentangan dengan apa yang kita dengar dari The Fed sejauh ini, khususnya dar
beberapa anggotanya yang lebih hawkish," kata pakar logam mulia
Gainesville Coins, Everett Millman, dikutip dari Kitco pada Senin (5/7/2021).
Harga emas mengakhiri pekan lalu dengan catatan kuat. Hal ini karena
harga emas sekali lagi mencoba menembus level USD 1.800 per ounce menyusul
laporan ketenagakerjaan AS yang beragam. Kepala Strategi Global TD Securities,
Bart Melek, mengatakan bahwa sejauh ini tidak ada dorongan kuat bagi The Fed
untuk mengetatkan kebijakan moneter.
"Kita mendapatkan 850 ribu pekerjaan baru yang ditambahkan ke
ekonomi pada Juni, tapi tingkat pengangguran naik menjadi 5,9 persen. Tingkat
partisipasi juga masih rendah, yang artinya tidak ada dorongan khusus bagi Fed
mengetatkan kebijakan moneter dalam waktu dekat. Dan itu bagus untuk
emas," kata Melek.
Selain itu, katanya, pertumbuhan upah AS juga melambat dan itu
menyiratkan bahwa inflasi kemungkinan bersifat sementara. Sehingga tidak ada
alasan besar bagi The Fed untuk mulai menaikkan suku bunga.
Kendati demikian, menurut Melek, masih belum jelas apakah ada momentum
yang cukup untuk mendorong harga emas jauh lebih tinggi pada pekan depan.
Namun, Melek memperkirakan harganya bisa kembali ke level USD 1.900 per ounce
dalam enam bulan ke depan.
Pendorong Lain
Pendorong lain yang harus diperhatikan adalah pergerakan harga minyak.
Millman menilai bahwa kenaikan harga tambahan pada akhirnya akan menguntungkan
ems. Harga minyak yang lebih tinggi mendorong inflasi, dan itu hal yang positif
untuk emas. Analis lain mencatat bahwa ini adalah waktu yang frustasi bagi emas
untuk bullish.
"Satu langkah maju dan dua langkah mundur. Emas tidak bisa
menahan USD 1.800, dan turun ke posisi terendah pertengahan April di sekitar
USD 1.760. Sekarang kita muncul kembali pada data pengangguran. Semuanya
berteriak inflasi, tapi masalahnya adalah reli dolar AS," kata Co-Director
Walsh Trading, Sean Lusk.
Lusk sendiri optimistis untuk periode Juli, karena musiman emas akan
kembali. "Kita akan kembali ke pola beli emas tradisional pada pertengahan
Juli. Ada bias beli, siklus perdagangan kembali masuk ke pasar," jelasnya.
Jika harga emas bisa di atas USD 1.800 pada pekan ini, maka akan membuka pintu
untuk reli emas lainnya.
"Jika mendekati di atasnya, emas bisa naik jauh lebih tinggi dan
bahkan mencapai level tertinggi baru," kata broker komoditas senior RJO Futures,
Daniel Pavilonis.
Sumber
liputan6.com
lowongan, lowongan kerja, lowongan kerja
bandung, loker bandung
best profit,
bestprofit, pt bestprofit, pt best profit, best, pt best, bpf
pt bpf, bestprofit
futures, pt bestprofit futures, best profit futures, pt best profit futures
PT BESTPROFIT FUTURES BANDUNG
Tidak ada komentar:
Posting Komentar