Melansir laman Reuters, Selasa (23/8/2016), harga emas di pasar spot turun 0,2 persen menjadi US$ 1.338 per ounce, setelah sempat mencapai US$ 1.331,35, terendah sejak 9 Agustus.
Sementara kontrak emas berjangka AS yang paling aktif untuk Desember turun US$ 2,8, atau 0,21 persen menjadi US$ 1,343.4 per ons.
Harga emas susut terpicu pernyataan orang nomor 2 di The Fed Stanley Fischer, yang mengatakan pada pekan lalu jika kondisi tenaga kerja dan inflasi mendekati target bank sentral.
Ini diikuti komentar Kepala The Fed New York William Dudley yang mengatakan jika pasar tenaga kerja membaik. Demikian pula Kepala Fed San Kepala Francisco John Williams yang menilai menunda terlalu lama kenaikan suku bunga bisa mempengaruhi perekonomian.
Harga emas sangat sensitif terhadap kenaikan suku bunga AS dan penguatan dolar. "Kami pasti berpikir pemulihan AS berada di trek. Inflasi mulai menjemput, kerja cukup banyak, jadi semuanya datang bersama-sama untuk menyarankan ada kemungkinan yang sangat tinggi dari kenaikan suku bunga sebelum akhir tahun," ujar Dan Smith, Analis Oxford Economics.
Rencananya, Gubernur bank sentral dari seluruh dunia akan berkumpul pada pertemuan tahunan di pegunungan Jackson Hole, Wyoming pada 25 Agustus. Di tempat ini, Gubernur The Fed Janet Yellen akan berbicara.
Di sisi lain, Dolar kembali menguat terhadap Yen dan Euro, dipicu pedagang yang berharap Fed segera mengeluarkan kebijakannya setelah komentar beberapa pejabatnya pada pekan lalu.
Sementara harga perak mencapai level terendah dalam tujuh minggu di posisi US$ 18,77 per ounce dan kemudian turun 2,31 persen menjadi US$ 18,84.
Kemudian harga Platinum turun 1,19 persen menjadi US$ 1.097,25, setelah jatuh ke posisi terendah dalam hampir sebulan. Palladium juga susut 2,82 persen ke posisi US$ 688.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar