Perang menyisakan bukan hanya angka korban tapi juga kepedihan, trauma, dan benih balas dendam. Dalam perang hampir dua bulan ini 2.139 warga sipil Gaza tewas, 490 di antaranya anak-anak, serta 64 serdadu Negeri Zionis, dan enam warga sipil mereka.
Mereka yang berperang selalu saling mengklaim kemenangan. Tapi sebenarnya siapa yang berhak menepuk dada menyatakan diri menang?
Kolumnis Amir Oren dalam ulasannya yang dimuat harian Haaretz (27/8) menyatakan dalam konflik ini Hamas menang melawan Israel, 1-0.
Apa saja yang membuat Hamas merasa memenangkan perang kali ini? Simak uraian yang berhasil dihimpun merdeka.com berikut ini.
1. Kesepakatan pembukaan blokade Gaza
Merdeka.com - Warga Gaza merayakan gencatan senjata itu dengan mengklaim kemenangan dan memenuhi jalanan sambil meluncurkan kembang api dan menembakkan senjata ke udara. Masjid-masjid meneriakkan takbir. Anak-anak dan orang dewasa berpawai keliling kota. Israel juga mengklaim kemenangan selama perang kali ini.
"Hari ini kami menyatakan kemenangan atas perlawanan ini. Hari ini kami menyatakan kemenangan Gaza," kata juru bicara Hamas Sami Abu Zuhri, seperti dilansir stasiun televisi Al Arabiya, Rabu (26/8).
Pejabat Palestina dan Mesir mengatakan kesepakatan gencatan senjata itu akan berlangsung hingga batas waktu belum ditentukan. Perjanjian itu juga meliputi pembukaan blokade terhadap Gaza sesegera mungkin dan perluasan wilayah penangkapan ikan di Laut Mediterania.
Menteri Luar Negeri Mesir Sameh Shoukry mengatakan kesepakatan itu mencakup pembukaan seluruh perbatasan di antara Jalur Gaza dan Israel. Itu menandakan embargo Israel terhadap Gaza selama bertahun-tahun akan berakhir.
2. Biaya perang Israel jauh lebih besar
Merdeka.com - Dari penghitungan biaya perang dibandingkan dengan situasi yang terjadi, kolumnis Amir Oren dalam surat kabar Haaretz berpendapat, Israel kehilangan lebih banyak senjata ketimbang Hamas meski dilihat kasat mata kerugian bangsa Zionis itu hanya tiga persen dari apa yang diderita warga Gaza namun mendekati dua bulan perang Hamas semakin unjuk kekuatan diyakini berujung pada kengerian bagi Israel.
Militer Israel mengatakan kepada surat kabar Haaretz pekan lalu perang kali ini menghabiskan dana hingga Rp 29 triliun. Sedangkan Kementerian Keuangan Israel meyakini perang tujuh pekan ini menyedot biaya hingga Rp 22 triliun, seperti dilansir i24news.tv, pekan lalu.
Biaya mengerahkan satu serdadu untuk siap berperang membuntuhkan dana sekitar Rp 1,6 juta sehari. Sejauh ini Israel menempatkan 60 ribu tentaranya buat bersiaga perang. Itu berarti menghabiskan uang Rp 98 miliar sehari.
3. Rekonstruksi Gaza
Merdeka.com - Dalam gencatan senjata tahap kedua yang akan dimulai sebulan lagi Palestina dan Israel akan membahas pembangunan pelabuhan Kota Gaza dan pembebasan tahanan Hamas di penjara Israel di Tepi Barat.
Membangun kembali Jalur Gaza menjadi pekerjaan besar usai perang selama 51 hari antara Hamas dengan Israel berakhir dengan gencatan senjata jangka panjang.
Sejumlah lembaga donor dan Perserikatan Bangsa-bangsa sudah menghitung kira-kira dibutuhkan dana senilai Rp 4,2 triliun untuk membangun lagi Gaza, seperti dilansir surat kabar Haaretz, Kamis (28/8).
Pekan ini sejumlah negara dan pendonor sudah menyiapkan sekitar Rp 2 triliun buat membantu pembangunan kembali Gaza.
Pada akhirnya rekonstruksi Gaza tergantung dari kemauan komunitas internasional untuk memperbaiki kerusakan akibat serbuan Israel.
4. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dikecam
Merdeka.com - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menuai kritik keras di dalam negeri dalam hal perang 51 hari dengan Hamas.
Sejumlah media berpengaruh di Israel menyerang kepemimpinan Netanyahu dalam menghadapi perang paling lama dalam sepuluh tahun terakhir dengan Palestina, seperti dilansir stasiun televisi Al Arabiya, Kamis (28/8).
Sejumlah survei menunjukkan kepopuleran Netanyahu merosot tajam, seperti terlihat dari jajak pendapat stasiun televisi Channel 10. Popularitas Netanyahu kini berada pada angka 55 persen, turun dari 69 persen pada awal bulan ini.